Studio Animasi Brown Bag Films Gunakan Server Asus ESC4000A-E10 Bertenaga AMD EPYC - Brown Bag Films adalah salah satu studio animasi kreatif yang populer, orisinil, dan sukses di dunia. Dengan studio yang berlokasi di Dublin, Toronto, dan Bali, Brown Bag Films menciptakan animasi modern untuk pasar internasional.
Didirikan di Dublin, Irlandia pada tahun 1994 oleh Managing Director Cathal Gaffney dan Creative Director Darragh O'Connell, dan diakuisisi oleh 9 Story Media Group pada tahun 2015, studio ini 100% menjalankan beragam kreativitas dengan fokus menghasilkan kualitas tertinggi, lintas platform animasi dengan cerita yang kuat dan karakter yang menarik.
Acara TV yang banyak orang sukai yang diproduksi oleh studio ini termasuk Karma's World, Ridley Jones, Ada Twist, Scientist, Doc McStuffins, Daniel Tiger's Neighborhood, Xavier Riddle and the Secret Museum, Vampirina, Peter Rabbit, Wild Kratts, Olivia, Octonauts, dan Angela's Christmas. Brown Bag Films juga telah meraih berbagai penghargaan dan nominasi termasuk sebanyak 18 piagam Emmy® Awards dan dua nominasi Oscar.
Baca juga:Ini yang Bisa Kita Pelajari dari Efisiensi Energi Superkomputer
Ketika lokasi studio di Bali, diakuisisi oleh Brown Bag Films pada tahun 2019 (sebelumnya PT Bali Animasi Solusi Ekakarsa), dibuka pada tahun 2015, yang saat itu dipimpin oleh Lily Wang, SVP of Production (Asia), dan Daniel Harjanto Setyawan, VP Production Technology and Pipeline (Asia) dengan cepat memahami pentingnya berinvestasi teknologi yang tepat termasuk render farm untuk mencapai kualitas kelas dunia dengan efisiensi waktu.
Brown Bag Films Bali kemudian beralih ke Server ASUS bertenaga AMD EPYC untuk memberikan peningkatan performa rendering yang diperlukan untuk meningkatkan ketajaman dan visual nyata dalam produksi mereka.
Animasi Terus Berkembang Selama Pandemi
Sementara industri media dan hiburan global terpaksa menghentikan produksi film live action karena COVID-19, industri animasi justru mengalami ledakan karena satu alasan utama: Alur kerja sudah sangat sesuai untuk bekerja jarak jauh.
Salah satu alasan animasi masih bisa berkembang di era ‘stay at home’ adalah karena banyak studio teratas berinvestasi besar-besaran di bidang teknologi otomatisasi alur kerja selama dekade terakhir. Sistem “pipeline” ini menjalankan proyek dari fase penulisan script dan storyboard hingga potongan akhir menggunakan sejumlah tools online yang dikombinasikan dengan software khusus untuk ilustrasi, animasi, pewarnaan, dan pengeditan.
Namun, peralihan 100% ke cara kerja jarak jauh masih berdampak pada beberapa perusahaan animasi kecil hingga menengah, yang secara signifikan meningkatkan investasi digitalisasi untuk memastikan semua pekerja dan artis mereka memiliki sumber daya yang tepat untuk bekerja secara efektif dari rumah.
Seperti yang ditegaskan oleh VP Production Technology and Pipeline (Asia) Brown Bag, Daniel Harjanto Setyawan, “memenuhi kebutuhan proyek kami terutama di sisi rendering saat bekerja dari rumah, mengharuskan kami untuk menentukan teknologi yang paling sesuai sehingga dapat mendukung proses produksi kami secara efektif dan efisien”.
Lebih lanjut, dengan beralih ke 4K dan frame rate 48fps dan lebih tinggi berarti bahwa studio seperti Brown Bag Films harus secara substansial meningkatkan kualitas visual film animasi mereka agar tetap kompetitif meskipun menghadapi tantangan ekonomi global.
Oleh karena itu, untuk memastikan seniman disediakan dengan tools yang tepat untuk mendorong kreativitas mereka dan memenuhi tuntutan pasar yang berkembang, organisasi seperti Brown Bag Films mulai memahami pentingnya memiliki hardware yang tepat di ruang server mereka, dan sejak itu lah awal mula berinvestasi besar-besaran dalam mengembangkan kemampuan mereka di bidang ini.
Selain investasi yang disebutkan di atas, animator, pengembang, dan perusahaan cloud rendering sedang menjajaki beberapa cara untuk lebih meningkatkan proses rendering. Sejalan dengan kebutuhan mereka yang berkembang pesat, AMD mengembangkan AMD Radeon ProRender, mesin rendering bertenaga berbasis fisik yang memungkinkan para profesional kreatif menghasilkan gambar fotorealistik yang memukau.
Dibangun di atas teknologi Radeon Rays performa tinggi AMD, mesin ray tracing lengkap Radeon ProRender menggunakan standar industri terbuka yang memanfaatkan performa GPU dan CPU untuk hasil yang kencang dan mengesankan.
Kuncinya Ada di Rendering CPU
Produksi efek visual saat ini tidak pernah sekompleks ini dan dapat menjadi tantangan komputasi yang berat. Rendering adalah tugas multithreaded dimana mengharuskan untuk memanfaatkan workstation dengan lebih banyak core CPU.
Render CPU secara khusus, adalah teknik render gambar hanya menggunakan CPU. Dengan demikian, tidak dibatasi oleh jumlah atau kinerja kartu grafis yang telah terpasang, juga tidak dibatasi oleh jumlah VRAM GPU.
Rendering CPU masih menjadi standar industri; Oleh karena itu, penting bagi perusahaan animasi seperti Brown Bag Films untuk berinvestasi pada pemilihan workstation yang tepat, yang dapat membantu mengurangi waktu render dan meningkatkan iterasi kreatif saat menyiapkan adegan dan rendering preview. Untuk mengakomodasi kerja single-threaded dalam alur kerja seperti pemodelan 3D dan animasi, perusahaan animasi memerlukan keseimbangan terbaik dari jumlah core yang banyak dan kecepatan clock yang tinggi.
“Menggunakan Asus ESC4000A-E10 bertenaga AMD EPYC untuk mendukung proyek render kami memungkinkan kami mencapai hasil dan kecepatan terbaik untuk pemenuhan kebutuhan proyek. Kami mengatur waktu pre-order hingga 6 bulan sebelumnya,” kata Daniel. “Kami mencapai waktu render dengan anggaran yang ditargetkan; menghasilkan pekerjaan dengan standar kualitas yang kami inginkan dan sesuai jadwal.”
Dengan peralihan ke server ASUS bertenaga AMD EPYC, proses rendering Brown Bag Films Bali menjadi tak tertandingi, memungkinkan para pekerja mereka untuk benar-benar melampaui batas kreativitas mereka dan memenuhi tenggat waktu klien.
Server ASUS Bertenaga AMD EPYC 7002 Series, Andal!
Prosesor AMD EPYC 7002 Series mendukung studio animasi dengan terobosan performa aplikasi yang menghasilkan output lebih kencang dengan tetap menawarkan nilai terbaik dengan "bang for the buck" yang mengesankan.
Melampaui Prosesor AMD EPYC Generasi Pertama yang lebih baik, kecepatan clock yang lebih tinggi, dan hingga 4x cache Level 3, prosesor AMD EPYC 7002 Series menawarkan hingga 64 core per SOC dan fitur "Zen 2", menjadikannya sebagai solusi efektif dengan fitur luar biasa yang memungkinkan beban kerja rendering yang sangat kompleks dan beban kerja single-thread seperti pemodelan dan animasi 3D.
Kesimpulan
Daniel menyoroti bahwa “produk ASUS dan AMD memungkinkan kami untuk melakukan dan mencapai target produksi kami seperti yang direncanakan”, selain itu Daniel juga mencatat bahwa “proyek mendatang terus berubah dan dengan permintaan output yang lebih tinggi untuk kualitas dan kuantitas.
Kami perlu mengikuti opsi teknologi terbaik untuk mendukung produksi kami”. Kombinasi keahlian antara AMD dan ASUS memungkinkan pelanggan seperti Brown Bag Films untuk mendapatkan keuntungan dari platform yang secara efektif memanfaatkan teknologi yang kompleks dan berkembang saat ini untuk memberikan solusi terbaik bagi pelanggan kami.
*Artikel oleh AMD Indonesia
Anda mungkin suka:AMD dan Biznet GIO dalam Perkembangan Ekosistem Cloud di Indonesia
Posting Komentar