IDC: 70% Karyawan di Indonesia Lebih Suka Memilih Sendiri Perangkat untuk Bekerja - Delapan dari sepuluh (78%) pelaku bisnis UKM di Indonesia menyatakan mereka siap untuk memberlakukan kegiatan work from home (WFH) yang sebagian besar disebabkan oleh pandemi COVID-19. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Hal tersebut diungkapkan dalam acara IDC & ASUS Webcast 2021: Digital Transformation in the Next Normal yang digelar secara online pada tanggal 18 Maret 2021. Dalam acara tersebut, IDC juga mengungkapkan bahwa sebanyak 70% karyawan di Indonesia ingin memilih perangkat penunjang kegiatan bekerjanya sendiri.
Acara IDC & ASUS Webcast 2021: Digital Transformation in the Next Normal juga membagikan berbagai insight menarik seputar teknologi UKM, serta bagaimana pandemi COVID-19 memengaruhi berbagai keputusan bisnis. Semuanya diungkapkan berdasarkan riset independen IDC bekerjasama dengan ASUS.
Metodologi Survey
Riset yang dilakukan kali ini adalah berdasarkan hasil survey “IDC Asia/Pacific Laptops and Workspace Trends Survey 2020” yang dilakukan pada pertengahan tahun 2020 silam. Survey dilakukan kepada 10 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Survey tersebut dilakukan untuk menemukan apa saja kendala dalam menjalankan kegiatan WFH serta bagaimana perusahaan melakukan distribusi laptop dan perangkat pendukung kegiatan WFH lainnya. Survey juga melibatkan 2018 koresponden yang terbagi dalam kedua kelompok, yaitu para pengambil keputusan di bidang IT dan para pekerja yang menggunakan laptop.
Indonesia Paling Siap Menghadapi WFH
Tidak seperti Indonesia, survey yang dilakukan IDC mengungkapkan bahwa wilayah Asia Pasifik lainnya cenderung tidak siap dengan tren “bekerja dari mana saja” yang diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19.
Rata-rata hanya sebanyak 28% persen pelaku bisnis UKM di Asia Pasifik yang sudah siap apabila karyawannya harus terus melakukan WFH bahkan setelah pandemi COVID-19 selesai. Sementara sebanyak 40% pelaku bisnis UKM masih ingin karyawannya tetap kembali bekerja dari kantor.
Sumber: Riset IDC bekerjasama dengan ASUS |
Beberapa kendala jangka pendek dalam WFH yang diungkapkan oleh para pelaku usaha di antaranya adalah masalah pada keamanan, operasional, kolaborasi dan komunikasi, serta produktivitas. Namun pernyataan tersebut juga memunculkan fakta bahwa sebagian besar pelaku usaha hanya memikirkan jangka pendek dan tidak memberikan karyawannya perangkat yang tepat untuk melakukan WFH. IDC mengatakan, orientasi jangka pendek dari para pelaku bisnis UKM sangat memengaruhi keputusan ketika memilih perangkat yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada produktivitas karyawan.
ASUS memprediksi bahwa kesiapan Indonesia dalam menghadapi WFH dapat lebih tinggi dibandingkan negara lainnya karena pelaku bisnis UKM sudah terbiasa dengan berbagai faktor yang membuat karyawan sering diminta untuk bekerja dari rumah.
Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah bencana alam seperti banjir, gempa, dan gunung meletus yang sering terjadi di Indonesia. Sementara faktor lainnya adalah infrastruktur yang masih tertinggal membuat kemacetan besar sering terjadi dan memaksa karyawan untuk dapat produktif di manapun.
Tantangan WFH di Indonesia
Meski 84% pelaku bisnis UKM di Indonesia menyatakan siap dengan kegiatan WFH selama pandemi COVID-19 dan telah menyediakan perangkat serta dukungan terhadap karyawannya, kurangnya jaringan internet yang memadai serta masalah pada pemilihan perangkat yang kurang memadai merupakan tantangan baru yang harus dihadapi pelaku bisnis UKM.
Kedua permasalahan tersebut membuat pelaku bisnis UKM banyak melakukan investasi dalam pengadaan perangkat yang membantu karyawannya untuk lebih produktif saat melakukan WFH. Meski demikian, sistem dan infrastruktur IT yang masih tertinggal serta tingginya harga yang harus dibayarkan menimbulkan tantangan lainnya.
Berikut beberapa poin lain yang diungkapkan dalam survey IDC untuk ekosistem UKM di Indonesia:
- Indonesia memiliki proporsi besar dalam hal penggunaan perangkat pribadi untuk WFH (35%).
- Sebagian besar pelaku bisnis UKM di Indonesia (62%) mengatakan laptop perusahaan akan diganti ketika teknologi dan fitur baru benar-benar menjamin adanya peningkatan.
- Sebanyak 84% pelaku bisnis UKM di Indonesia menyediakan perangkat standar untuk bekerja kepada karyawannya, namun tidak memperbolehkan karyawan untuk memilih perangkat yang ingin mereka gunakan.
- Bertolak belakang dengan hal tersebut, sebanyak 70% persen karyawan di Indonesia ingin memilih perangkatnya sendiri untuk bekerja. Fokus perusahaan yang seringkali terdapat pada faktor harga seringkali bertentangan dengan fokus karyawan yang mementingkan fungsi serta fitur sehingga pada akhirnya produktivitas karyawan menjadi menurun. Memiliki perangkat yang tepat untuk bekerja di era digital seperti saat ini memang telah menjadi semakin penting dari sebelumnya.
- Sebanyak 68% pelaku bisnis UKM mengatakan akan meningkatkan investasi pada laptop di tahun 2022.
- Sebanyak 62% pemilik bisnis UKM di Indonesia lebih menginginkan pengadaan laptop melalui model sewa. Angka tersebut lebih rendah dari angka rata-rata di Asia Pasifik yaitu 70%.
- 78% pelaku dan karyawan UKM di Indonesia melakukan video conference melalui laptop dan masih menggunakan kamera serta mikrofon built-in, lebih tinggi dari angka rata-rata di Asia Pasifik yaitu 74%. Artinya, pelaku UKM di Indonesia lebih memilih laptop dengan kualitas webcam dan mikrofon yang lebih baik.
Baca juga:Asus Zenbook Flip S UX371EA HL701TS, Ultrabook Hybrid Premium Mewah dengan Layar OLED 4K
Saran IDC
Berdasarkan berbagai temuan dari survey tersebut, IDC menemukan bahwa memberikan karyawan perangkat terkini dapat mendukung kegiatan mereka untuk bekerja dari rumah, dari kantor, maupun keduanya. Hal tersebut tidak hanya akan memberikan peningkatan yang signifikan dalam hal produktivitas dan pengalaman karyawan, tetapi juga akan membuat organisasi memiliki keunggulan dibandingkan kompetitor dan lebih dapat menarik perhatian bagi talenta baru yang memiliki banyak potensi. IDC juga menyarankan para pelaku UKM di Indonesia untuk memberlakukan kebijakan implementasi teknologi berikut ini:
- Mengikutsertakan laptop dalam kontrak kerja karyawan, memberikan karyawan kebebasan untuk memilih laptop dan meninggalkan kebijakan standarisasi lama yang sangat tidak fleksibel.
- Memastikan karyawan memiliki perangkat yang tepat untuk bekerja. Hindari strategi “one-size-fits-all” dan mulai mengadopsi pendekatan secara personal saat menawarkan perangkat komputasi kepada karyawan dengan cara membuat mereka untuk memilih perangkatnya sendiri atau berdasarkan keperluan komputasinya. Hal tersebut akan membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
- Perbarui laptop lebih dini untuk meningkatkan pengalaman karyawan. Periode pembaruan laptop yang lebih pendek akan membantu perusahaan untuk mengikuti kebutuhan karyawan, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi mereka.
Tentang ASUS
ASUS merupakan perusahaan multinasional sekaligus produsen motherboard, PC, monitor, kartu grafis, dan router terbaik di dunia dengan visi sebagai perusahaan teknologi terdepan dan paling inovatif di dunia. Dengan karyawan yang tersebar di seluruh dunia, termasuk lebih dari 5.000 profesional di bidang R&D, ASUS memimpin industri teknologi melalui desain serta inovasi canggih untuk menghasilkan perangkat cerdas terbaik yang dapat dinikmati oleh semua penggunanya.
Hadir dengan brand spirit “In Search of Incredible”, ASUS berhasil memperoleh berbagai penghargaan sepanjang tahun 2018 termasuk Forbes’ Global 2000 Top Regarded Companies, Thomson Reuters’ Top 100 Global Tech Leaders, dan Fortune’s World’s Most Admired Companies.
Posting Komentar